jump to navigation

Rumah Sakit: Warisan Humanis Peradaban Islam Juni 5, 2008

Posted by warois in Perawatan Pasien.
trackback

 Pencapaian terbesar peradaban Islam selalu berkaitan dengan nilai-nilai humanisme. Bangsa Islam memanusiawikan arti hidup manusia dalam sebuah tempat luar biasa. Tempat yang seharusnya menjadi cermin humanisme bagi dunia medis modern, yaitu rumah sakit Islam.

Peradaban Islam telah mengawali kemajuan medis berupa rumah sakit modern. Tatkala Paris dan London hanyalah kota-kota kusam dengan jalanan berlumpur dan penuh gubuk, kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Kairo dan Cordoba menjadi sebuah kota metropolis yang memiliki rumah sakit modern, bahkan terlalu maju untuk sebuah  abad pertengahan.

Rumah sakit menjadi salah satu institusi publik paling maju Islam di abad pertengahan, sekaligus warisan dari peradaban Islam. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit modern dalam arti sebenarnya. Disinilah tempat pengembangan ilmu medis pertama di dunia.

Rumah sakit atau disebut bimaristan oleh bangsa Islam, menjadi rumah harapan kehidupan bagi mereka yang sakit. Disinilah para pasien diperlakukan baik dan dirawat oleh para dokter atau tabib. Para pasien dibebaskan dari semua biaya pengobatan dan perawatan. Para dokter tak hanya berbakti untuk mengobati pasien, juga mengembangkan ilmu kedokteran.

Rumah Sakit Caravan Unta.

Rumah sakit pada masa Rasulullah berwujud klinik berjalan yang selalu mendampingi pasukan rasul. Pasukan unta biasanya yang kebagian tugas menjadi posko klinik darurat ini. Tradisi ini masih diteruskan oleh pasukan Ghaznaviyah dipimpin Sultan Mahmud, tapi dengan dukungan karavan medis khusus berkekuatan 40 unta.

Rumah sakit perdana milik bangsa Muslim barulah berdiri di Damascus pada tahun 706 oleh Sultan Al-Walid, penguasa kekhalifahan Ummayah. Di rumah sakit ini dirawat para pasien yang terkena lepra dan kebutaan. Para penderita kronis seperti lepra diisolasikan pada bangsal khusus.

Rumah sakit ini kemudian dinamai al-Nuri yang diambil dari nama raja Nur Al-Din Zanji yang hidup pada masa Perang Salib. Tempat ini mempelopori rumah sakit Islam yang disertai sekolah kedokteran.  Ilmuwan medis bangsa Islam seperti Ibn Al-Nafis lulus dari tempat ini.

Rumah sakit Islam telah menjadi institusi yang sangat terdepan di abad pertengahan. Inilah yang selalu diagungkan sebagai warisan peradaban Islam. Di Kairo, pada tahun 1285 M, Sultan Qalaun al-Mansur mendirikan rumah sakit terbesar yang pernah ada, diilustrasikan Durant; `Di dalam kompleks luas itu terdapat empat bangunan berdiri di sekitar taman dengan pilar-pilar disejuki pepohonan rindang dan kolam air mancur. Rumah sakit ini memiliki bangsal terpisah untuk ragam penyakit dan pemulihan pasien, terdapat pula laboratorium, dapur diet, pemandian, perpustakaan, ruang pertemuan serta perawatan khusus sakit mental. Perawatan diberikan gratis baik pria maupun wanita. Para pasien yang terjaga dihibur alunan musik lembut, pendongeng, dan bila perlu buku-buku sejarah’.

Inisiatif Sultan al-Mansur mendirikan rumah sakit dilandasi pengalamannya saat masih jadi seorang pangeran, ia jatuh sakit dalam sebuah ekspedisi ke Syria selama Perang Salib. Dirinya begitu takjub dengan profil rumah sakit al Nuri di Damaskus. Ia sempat dirawat disana hingga sembuh. Di hatinya, ia berjanji mendirikan rumah sakit seperti ini secepatnya jika ia menerima tahta kerajaan.

Jumlah pasien yang dilayani rumah sakit milik al-Mansur ini mencapai 4.000 orang setiap harinya. Perawatan inap bebas biaya dan jika pasien selesai rawat inap diberikan bekal asupan serta uang kompensasi penghidupan yang hilang selama dirawat inap. Rumah sakit ini tetap menerima pasien dalam kurun waktu  7 abad lamanya. Saat ini rumah sakit al-Mansur dipakai untuk optamologi dan dinamai rumah sakit Mustashfa Qalawun.

Rumah sakit besar lainnya terekam dalam sejarah peradaban Islam adalah rumah sakit milik Sultan Ahmad ibn Tulun. Rumah sakit ini merupakan yang pertama di Kairo, mendahului rumah sakit al-Mansuri. Didirikan pada tahun 872-874, rumah sakit ini telah memiliki manajemen perawatan yang modern dan spesifik, bahkan lebih maju di masanya.

Tempat ini memiliki dua rumah pemandian, masing-masing untuk pria dan wanita. Rumah sakit ini memiliki akademi kedokteran dan perpustakaan yang kaya literatur medis. Pasien yang hendak masuk rumah sakit ini harus melepas pakaian berpergian mereka untuk disimpan di tempat khusus, termasuk barang berharganya, dan dijaga oleh petugas rumah sakit. Mereka diberikan pakaian khusus untuk pasien dan dibawa menuju tempat tidurnya.

Rumah Sakit Berbasis Wakaf

Sultan Ahmad ibn Tulun membangun rumah obat di samping masjid Tulun yang kompleks dengan rumah sakit Tulun. Sultan yang juga pendiri dinasti Tuluniyah ini telah merintis sebuah rumah sakit pertama yang didanai dari waqaf. Reputasinya sangat terkenal dan baru bisa disaingi oleh rumah sakit Adudi di Baghdad yang berdiri pada tahun 980. Terobosannya menopang operasional rumah sakit lewat  waqaf , dicontoh para pemimpin khalifah Islam lainnya.

Rumah sakit Islam lainnya yang dikelola dengan dana waqaf adalah rumah sakit Badr Ghulam, komandan militer dan pemerintahan dari khalifah Mu’tadid (892-902) di Baghdad; rumah sakit Baghkami di Baghdad yang didirikan Amir Abu Hasan Bghkam at-Turki; rumah sakit Ikhshidid di Kairo yang dibangun Kafur al-Ikhsid di tahun 957; dan rumah sakit Mu’izzuddawla ibn Buwayh di Baghdad pada tahun 967.

Rumah sakit lainnya yang terkenal adalah rumah sakit Harun al Rashid di Baghdad. Pendirian rumah sakit ini dipimpin oleh Jibril ibn Bukht-Yishu, yang juga menjadi tabib kepala di istana, dan tabib Yuhanna ibn Masawayh. Keduanya berasal dari Jundishapur dan menguasai ilmu kedokteran Yunani. Uniknya mereka berasal dari agama nasrani. Namun, invasi bangsa Mongol menghancurkan rumah sakit ini, berikut koleksi pustakanya.

Di Yerusalem juga memiliki rumah sakit Al-Salahani yang didirikan pada tahun 1055  oleh Pasukan Salib dengan nama rumah sakit Saint. Namun namanya dirubah menjadi rumah sakit Al-Salahani Hospital di tahun 1187 setelah bangsa Muslim berkuasa.  Salahudin sempat memperluas rumah sakit ini dan masih berfungsi melayani pasien sampai tahun 1458 setelah terkena gempa bumi.

Keajaiban Dewa Asklepion

Kuil penyembuh asklepion selalu menghiasi rumah sakit yang dibangun bangsa Yunani. Mereka menunggu keajaiban dari dewa ini. Bangsa Eropa saat itu jauh terbelakang dibanding bangsa Muslim dalam bidang kedokteran. Jika diambil contoh, ratusan rumah sakit modern telah ada di Andalusia pada masa kekhalifahan Islam, bangsa Nasrani malah tidak memiliki rumah sakit.

Pihak otoritas monastik Nasrani mendirikan bangsal rumah sakit hanya untuk menemani pasien akut menjemput ajal atau sembuh atas keajaiban. Para pasien tidak ditemani para tabib, melainkan para biarawan yang merawat dan memberi sakramen, bukannya obat-obatan.

Pihak gereja lebih melihat perawatan jiwa lebih suci ketimbang fisik. Perawatan medis bahkan higienitas bukan prioritas. Yang terpenting bagi mereka adalah keajaiban religius yang terlanjur menjadi sebuah tahayul di Eropa. Sentuhan seorang santo atau orang suci Nasrani, kehadiran raja hingga lilin salib justru lebih dipercaya mereka sebagai obat mujarab.

Rumah Sakit Lintas Agama

Rumah sakit yang didirikan khalifah Islam sebagai tanggung jawab sosial. Siapapun bisa datang ke rumah sakit tampa melihat warna, agama, kelamin, umur maupun status sosial. Rumah sakit bangsa Islam memiliki bangsal terpisah untuk pasien pria dan wanita dan dirawat oleh staf rumah sakit yang sesama muhrimnya. Tiap pasien dengan penyakit berbeda ditempatkan pada tempat bangsal berbeda satu sama lain. Rumah sakit juga memberikan pasien fasilitas air bersih tak terbatas dan pemandian.

Pemilihan lokasi rumah sakit tak sembarangan. Rumah sakit Adudi yang berdiri di Baghdad pada tahun 982, misalnya, dirancang melalui penelitian biosistem tempat lokasinya. Abu-Bakr al-Razi, konsultan rumah sakit ini, memilih lokasi rumah sakit dengan menggantung potongan daging di beberapa tempat di sekitar sungai Tigris. Setelah beberapa hari, ia melihat potongan daging itu. Di tempat yang daging membusuk lambat, disanalah rumah sakit dibangun.

Manajemen  Perawatan di setiap rumah sakit Islam tertata dengan rapi. Departemen rumah sakit Islam terdiri atas bagian pasien non inap dan pasien inap. Para pasien inap diberikan pakaian khusus sementara harta berharga dan pakaian disimpan yang akan dikembalikan bila mereka pulang. Pada saat pasien meninggalkan rumah sakit, mereka diberikan lima keping emas sebagai bekal hidup mereka selama pemulihan diri agar si pasien tidak langsung bekerja.

Pada abad 11, terdapat pula klinik berjalan, yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk mengobati para pasien yang tak bisa datang ataupun terlalu jauh ke rumah sakit. Para dokter rumah sakit Islam pun haruslah memiliki lisensi dan lulus praktek medis. Di sinilah. dididik para mahasiswa kedokteran. Tempat ini memiliki asrama bagi para pelajar dan staf rumah sakit, serta tempat penyimpanan obat-obatan gratis bagi para pasien.

Setiap rumah sakit Islam memiliki ruang pertemuan dan perpustakaan mahal berisikan kitab-kitab terbaru. Rumah sakit Tulun di Kairo memiliki 100.000 koleksi buku-buku, pustaka Universitas Mustansiriyya di Baghdad dengan 80.000 volume, perpustakaan Cordoba dengan koleksi 600.000 volume; bahkan di Kairo dan Tripoli bisa mencapai masing-masing 2 jutaan koleksi buku.

Tingginya rasa humanisme menjadi ciri utama rumah sakit Islam memperlakukan pasiennya. Di tiap bangsal yang memiliki pasien demam, memiliki kolam air mancur untuk menyejukkan hawa; sementara para pasien sakit mental diperlakukan dengan halus dan manusiawi; sementara ketika malam tiba, alunan musik halus dan berkisah dongeng menghibur hati para pasien

Fasilitas rohani pun disediakan rumah sakit bangsa Islam bagi siapapun penganutnya. Para petugas medis secara reguler mengawasi bangsal-bangsal khusus yang menyerupai sel bagi penderita penyakit serius. Rumah sakit Islam menyimpan catatan medis setiap pasien dan jenis perawatannya, sesuatu yang dilakukan pertama kali di sejarah dunia medis, dan bangsa Islam sudah mewariskannya kepada dunia.

 

 

 

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar